Pengukuran Poligon adalah serangkaian pekerjaan pengambilan titik-titik yang menggunakan TOTAL STATION TOPCON GM55 yang dapat dihubungkan dengan garis lurus sehingga titik-titik tersebut
membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik atau poligon. Pada pekerjaan
pembuatan peta, rangkaian titik poligon digunakan sebagai kerangka peta, yaitu
merupakan jaringan titik-titik yang telah tertentu letaknya di tanah yang sudah
ditandai dengan patok, dimana semua benda buatan manusia seperti jembatan,
jalan raya, gedung maupun benda-benda alam seperti danau, bukit, dan sungai
akan diorientasikan. Kedudukan benda pada pekerjaan pemetaan biasanya
dinyatakan dengan sistem koodinat kartesius tegak lurus (X,Y) di bidang datar
(peta), dengan sumbu X menyatakan arah timur – barat dan sumbu Y menyatakan
arah utara – selatan. Koordinat titik-titik poligon harus cukup teliti
mengingat ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang akan dipetakan sangat
tergantung pada ketelitian dari kerangka peta.
Menurut bentuknya, poligon
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah suatu poligon
dimana titik awal dan titik akhirnya berbeda. Jenis-jenis poligon
terbuka adalah :
Contoh Poligon Terbuka
- Poligon terbuka terikat sempurna
- Poligon terbuka terikat sepihak
- Poligon terbuka tidak terikat
2. Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah suatu
poligon dimana titik awal dan titik akhirnya mempunyai posisi yang sama atau
berhimpit, sehingga poligon ini adalah suatu rangkaian
tertutup. Berdasarkan fungsinya, poligon dibedakan menjadi ;
Contoh Poligon Tertutup
- Poligon untuk keperluan kerangka peta, syaratnya harus
memiliki titik–titik yang cukup baik, dalam arti menjangkau semua wilayah.
- Poligon yang berfungsi sebagai titik-titik pertolongan
untuk mengambil detail lapangan.
Untuk memudahkan dalam memahami
sudut-sudut yang ada dalam pengukuran poligon, maka perlu dijelaskan hal-hal
sebagai berikut :
- Sudut dalam adalah selisih antara dua arah (jurusan)
yang berlainan.
- Azimuth (sudut arah) adalah sudut yang dihitung
terhadap arah utara magnetis, dan arah ini berhimpit dengan sumbu Y pada
peta.
Unsur-unsur yang dicari dalam
pengukuran poligon adalah semua jarak dan sudut (Di, βi). Kedua unsur ini telah
cukup untuk melukis poligon di atas peta, jika kita tidak terikat pada sistem
koodinat yang ada dan tidak menghiraukan orientasi pada poligon tersebut.Agar
poligon tersebut terarah (tertentu orientasinya), maka perlu salah satu sisi
diketahui sudut arahnya (azimuth).
Untuk memperoleh azimuth tiap sisi
poligon, syaratnya harus diketahui azimuth awalnya (α1). Penentuan azimuth awal
dapat dicari dengan langjah-langkah sebagai berikut :
- Sumbu I theodolit diatur dalam keadaan vertikal
(gelembung nivo seimbang), dan bacaan sudut horisontal menunjukkan angka
00˚00’00” pada arah magnetis bumi.
- Putar theodolit dan arahkan ke titik P2 pada bacaan
biasa, kemudian balikkan teropong pada keadaan luar biasa (LB) dan bacalah
sudut yang dibentuk dengan arah titik.
Penentuan azimuth awal (α1) dihitung
dengan rumus :
α1 = (HB2 + (HLB2 – 180°)) / 2
Untuk azimuth-azimuth selanjutnya
dihitung dengan rumus :
a. Untuk pengukuran searah jarum jam
:
α2 = α1 + 180º
– ( β2 ± ∆fβ)
α3 = α2 + 180º
– ( β3 ± ∆fβ)
b. Untuk pengukuran berlawanan jarum
jam :
α2 = α1 – 180º
+ ( β2 ± ∆fβ)
α3 = α2 – 180º
+ ( β3 ± ∆fβ)
Agar titik koodinat dapat diketahui
dalam sistem koodinat yang ada, maka poligon perlu diikat (dihubungkan) dengan
titik yang diketahui koodinatnya atau titik tetap (X1, Y1).
Koodinat di sini dihitung dari unsur-unsur jarak dan sudut arah sebagai berikut
:
X2 = X1 + D
sin α1 ± ∆fx
Y2 = Y1 + D
cos α1 ± ∆fy
Keterangan :
α = azimuth
D = jarak
β = sudut dalam
∆fx = koreksi sumbu x
∆fy = korekai sunbu y
Kemudian untuk titik-titik
berikutnya (titik P3) dihitung dari titik P2, titik P4
dihitung dari titik P3, dan seterusnya.